Home » Posts tagged 'Pendidikan'

Tag Archives: Pendidikan

Kisi-Kisi Soal UKG 2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggelar Uji Kompetensi Guru secara online yang dilaksanakan mulai tanggal 9 s.d 27 November 2015 di seluruh wilayah Indonesia. UKG tahun 2015 akan diikuti oleh semua guru dalam jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis soal yang akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/guru kelas/paket keahlian/BK. Hasil UKG ini akan menjadi bagian dari penilaian kinerja guru dan disamping itu, hasil UKG juga digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru serta pemberian penghargaan dan apresiasi kepada guru.

Mengingat saat ini banyak beredar kisi-kisi soal UKG tahun 2015 di media online yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, maka PPPPTK Matematika dengan ini mengumumkan dan menghimbau kepada seluruh guru agar menggunakan kisi-kisi soal UKG 2015 dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun sumber yang kami rekomendasikan bagi seluruh guru untuk memperoleh kisi-kisi soal UKG tahun 2015 adalah sebagai berikut:

  1. http://gtk.kemdikbud.go.id/kisi-kisi-ukg/
  2. http://sergur.kemdiknas.go.id/

Hitung Cepat (Quick Count) Apa yang Dapat Dipelajari Darinya?

oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc
(fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com)

Pada saat quick count (hitung cepat) muncul pertama kali, pada Pemilu 2009 lalu, penulis yang Widyaiswara PPPPTK Matematika berpikir: Hasil hitung cepat dari lembaga survey tersebut akan jauh berbeda dangan hasil real count dari lembaga KPU (Komisi Pemilihan Umum). Pikiran penulis waktu itu, bagaimana hasilnya tidak akan berbeda jauh jika lembaga KPU membutuhkan waktu berhari-hari sedangkan lembaga survey hanya membutuhkan waktu berjam-jam (mungkin tidak sampai 24 jam) untuk menuntaskan hasil akhirnya? Alasan lain, KPU akan menghitung seluruh peserta pemilu dari seluruh Indonesia sedangkan lembaga survey akan menghitung hanya dari sebagian peserta pemilu. Ternyata dugaan dan pikiran penulis keliru. Hasil lembaga survey tidak begitu jauh berbeda dengan hasil KPU. Mengapa begitu? Itulah hebatnya Statistika. Karena meskipun KPU telah menghitung seluruh peserta pemilu dari seluruh Indonesia namun lembaga survey telah berhasil menghitung sebagian peserta pemilu dari seluruh Indonesia yang dianggap mewakili (representasi) dari seluruh peserta pemilu di Indonesia. Sekali lagi itulah hebatnya ilmu Statistika. Statistika telah berhasil menunjukkan bagaimana hasil lembaga survey telah mewakili (merepresentasi) seluruh peserta pemilu.

Artikel selengkapnya dapat diunduh melalui tautan berikut ini.

Download: 2015 1 Hitung Cepat R-valYL.pdf

Menjadikan Pengajaran dan Pembelajaran Bermutu Suatu Prioritas Utama

pendidikan

oleh : Puji Iryanti

Hampir setiap tahun tim Education for All Global Monitoring menerbitkan laporan pencapaian negara-negara di dunia dalam memberikan pendidikan dasar bagi semua rakyatnya.Gerakan Education for All ini dimulai di World Conference on Education for All pada tahun 1990 di Jomtien, Thailand.Pertemuan ini menargetkan pada tahun 2000 semua negara berhasil memberikan pendidikan dasar kepada rakyatnya dan menuntaskan buta huruf.Sayangnya, sampai tahun 2000 belum semua negara berhasil mencapai target.Pada pertemuan di Dakar, Senegal tahun 2000, masyarakat internasional memperbarui komitmen untuk mencapaipendidikan dasar bagi semua rakyat pada tahun 2015.Pertemuan menelurkan 6 tujuan yaitu (1) pendidikan usia dini, (2) akses ke pendidikan dasar yang bermutu dan gratis bagi semua anak, terutama untuk anak-anak perempuan, anak-anak dari suku minoritas dan dari lingkungan yang sulit (3) akses generasi muda dan orang dewasa ke program-program keterampilan, (4) peningkatan 50% penduduk yang melek huruf khususnya kaum wanitadan akses ke pendidikan dasar dan lanjut bagi orang dewasa, (5) menyeimbangkan perbedaan gender pada pendidikan dasar dan sekunder sampai tahun 2005 dan mencapai kesetaraan gender pada tahun 2015, dan (6) memperbaiki mutu pendidikan sehingga semua penduduk bisa membaca, berhitung dan memiliki keterampilan hidup dasar.

Teaching and Learning: Achieving quality for all” menjadi tema Education for All Global Monitoring Report (EFA GMR) 2013/4. Salah satu yang dibahas dalam laporan ini adalah penekanan pada kebijakan nasional untuk menjadikan pengajaran dan pembelajaran bermutu merupakan suatu prioritas utama.Di samping itu juga ditekankan pentingnya menjamin semua siswa di sekolah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang harus mereka miliki.Laporan ini mereview kebijakan nasional yang dibahas dalam Bab 5.Rencana memperbaiki mutu pendidikan khususnya untuk siswa yang kurang beruntung (penyandang cacat, kaum minoritas, dan mereka yang tidak diuntungkan secara geografis) ditelaah dalam aspek memperbaiki mutu pembelajaran, memperbaiki mutu guru dan manajemennya, pendanaan dan mencukupi kekurangan tenaga guru.

PengajarandanPembelajaranBermutu

PENGENALAN DESAIN PEMBELAJARAN ELPSA

oleh : Adi Wijaya, S.Pd MA

ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols, Application) dikembangkan oleh tim RIPPLE (Research Institute for Professional Practice, Learning & Education) dari Charles Sturt University Australia. ELPSA merupakan sebuah kerangka desain pembelajaran yang dibuat secara khusus untuk konteks Indonesia sebagai hasil dari analisis data video TIMSS. Model ELPSA ini dikembangkan berdasarkan pada teori-teori pembelajaran konstruktivisme dan sifatnya sosial. Model ini memandang bahwa pembelajaran sebagai suatu proses aktif dimana para siswa mengkonstruksi sendiri caranya dalam memahami sesuatu melalui proses pemikiran individu dan interaksi sosial dengan orang lain. Desain pembelajaran model ELPSA terdiri dari 5 komponen yang meliputi: 1) pengalaman; 2) bahasa; 3) gambar; 4) simbol; dan 5) aplikasi pengetahuan. Komponen-komponen dari model ELPSA tersebut tidak dapat dilihat sebagai proses linear, tetapi dilihat sebagai komponen yang saling berhubungan dan melengkapi.

download file artikel


 

 

ONIP Matematika 2013: Wadah Untuk Para Inovator Pendidikan Matematika

Oleh : Muda Nurul K

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan  Reformasi Birokrasi (Permen PAN dan RB) No 16 tahun 2009 pasal 11 mengamanahkan bahwa guru harus melakukan Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).

Sejalan dengan tuntutan regulasi tersebut, PPPPTK Matematika berupaya memberikan wadah bagi guru-guru untuk menciptakan inovasi dalam pembelajaran matematika melalui Olimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran (ONIP) Matematika. ONIP Matematika merupakan wahana bagi guruuntuk  berkarya dan berkreasi dalam pembelajaran matematika di kelas.ONIP Matematika juga untuk memotivasi para guru agar selalu mengembangkan diri dengan karya-karya inovatif dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan bermuara pada peningkatan prestasi anak didik dibidang matematika.

 

Download file artikel

 

Ketika Penugasan Kelompok disajikan di selembar Fotocopyan

Oleh : Estina

Beberapa waktu yang lalu kami berkesempatan untuk melakukan observasi pembelajaran di salah satu SD di Jawa Timur. Tepatnya adalah kelas IV SD. Materi yang disampaikan adalah materi penjumlahan dan pengurangan.

Salah satu metode pembelajaran yang dipakai guru pada proses pembelajaran tersebut adalah dengan belajar kelompok menyelesaikan tugas-tugas terkait dengan penjumlahan dan pengurangan.

Pada saat penugasan kelompok ini, guru memberikan satu lembar kertas yang berisi soal ke masing-masing kelompok. Soal antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Kemudian secara kelompok, soal-soal tersebut diselesaikan. Setelah batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal, kemudian guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk menuliskan ke papan tulis jawaban soal tersebut. Pada saat perwakilan masing-masing kelompok menuliskan jawaban di papan tulis, tidak nampak guru meminta siswa untuk menyalin jawaban tersebut, pun demikian tidak ada permintaan guru kepada siswa untuk menyalin tugas kelompok tersebut di buku mereka.

Melihat kondisi demikian, kami sempat berpikir, jika guru hanya memberikan penugasan pada selembar kertas, kemudian juga tidak meminta siswa untuk melihat, dan tidak nampak aktivitas siswa menyalin soal-soal beserta jawabnya, maka siswa tidak memiliki catatan soal-soal tersebut. Sehingga kemungkinan siswa tidak bisa mengulang kembali soal-soal tersebut untuk dikerjakan di rumah. Memang kondisi demikian ada positif dan negatifnya.

Positifnya adalah, waktu pembelajaran cenderung lebih efektif, karena guru tidak menuliskan soal dipapan tulis, tetapi diganti dengan soal pada fotocopyan. Biaya penggandaan cenderung relatif murah, karena satu kelompok yang terdiri dari beberapa siswa hanya mendapatkan satu lembar fotocopyan.

Namun demikian, juga ada dampak negatifnya. Di antaranya adalah tidak semua siswa memiliki salinan dari soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak bisa mengulang kembali soal yang diberikan oleh guru. Variasi soal masing-masing kelompok berbeda, sehingga jika siswa tidak kreatif maka dia tidak akan mendapatkan bank soal dari kelompok lain.

Melihat kondisi demikian, beberapa hal yang dapat dilakukan, sehingga siswa dapat memiliki bank soal dan memiliki referensi belajar di rumah adalah guru meminta siswa untuk menggandakan sendiri soal yang diberikan baik pada kelompoknya maupun kelompok lain, atau guru meminta siswa untuk menyalin soal beserta jawabannya saat wakil kelompok mengerjakan ke depan. Dengan demikian, siswa tetap memiliki catatan pada buku mereka masing-masing dan bisa mengulang kembali pembelajaran saat itu di lain waktu maupun di lain tempat. Mungkin hal ini hal sederhana, akan tetapi jika tidak disikapi dengan tepat maka siswa akan kekurangan referensi belajar.

Pentingnya Analisis Buku Siswa Dalam Implementasi Kurikulum 2013

Oleh : Adi Wijaya

Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya salah satunya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Oleh karenanya peran guru sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan demikian, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal.

download file artikel

Investigasi atau Penyelidikan Dalam Pembelajaran Matematika

Oleh : Fadjar Shadiq

Pada paparan Mendikbud (Kendikbud, 2012:16) tentang Kurikulum 2013 dikemukakan tentang pergeseran paradigma belajar abad 21. Dikemukakan pada paparan tersebut bahwa model pembelajaran yang ideal untuk abad 21 adalah: (1) Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber dan bukan hanya diberi tahu. (2) Pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan masalah [menanya], bukan hanya  untuk menyelesaikan masalah atau menjawab. (3) Pembelajaran yang diarahkan untuk melatih berfikir analitis [pengambilan keputusan] bukan berfikir mekanistis atau rutin. (4) Pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

download file artikel

 

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Bertanya merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas (Kemdiknas, 2010:34). Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Berikut ini akan dibahas satu contoh penerapan teknik bertanya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diacu para guru dan pengawas jenjang TK/SD atau RA/BA/MI. Berikut ini adalah contoh penggunaan teknik bertanya.

Beberapa waktu yang lalu,penulis menyampaikan materi pada Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah yang sebagian besar pesertanya adalah para pengawas jenjang TK/SD dari Provinsi Jawa Tengah; salah seorang peserta meminta penulis untuk menjelaskan sedikit lebih rinci tentang teknik bertanya. Permintaan tersebut didukung teman-teman lainnya. Menurutnya, akan sangat berguna jika mereka mengetahui lebih banyak tentang teknik bertanya tersebut.

Kejadian ini menunjukkan bahwa teknik bertanya berdasarkan pengalaman pengawas TK/SD tadi sangat penting untuk dibahas. Buktinya, pengawas saja membutuhkan, apalagi para gurunya. Karena jatah waktu untuk diklat dimaksud sangat sedikit, sehingga permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai gantinya, naskah ini disusun dengan maksud utama untuk membantu para guru dan pengawas agar lebih memahami teknik bertanya itu dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat diimplementasikan di kelasnya masing-masing selama proses pembelajaran dan bagi para pengawas agar dapat lebih membantu para guru mengimplementasikan teknik bertanya ketika memantau atau melakukan kegiatan supervisi di sekolah binaannya masing-masing.

download file artikel

METAKOGNISI: Apa dan Mengapa Penting?

Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Garofalo dan Lester (JRME), dua ahli pendidikan matematika yang sangat terkenal dari Amerika Serikat telah menunjukkan pentingnya metakognisi dengan menyatakan: “There is also growing support for the view that purely cognitive analyses of mathematical performance are inadequate because they overlook metacognitive actions.” Artinya, terdapat dukungan pada pendapat bahwa hanya menggunakan analisis kognitif pada kemampuan matematis adalah tidak atau kurang memadai karena mereka kurang memperhatikan prosedur yang berkait  dengan metakonitif. Itulah sebabnya, salah satu kelebihan Kurikulum 2013 adalah pencantuman istilah metakognisi dalam dukumennya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012:43)

Hal ini menunjukkan bahwa unjuk kerja (performance) seorang siswa dengan hanya melihat pada aspek kognitifnya saja, dan dengan mengacuhkan aspek metakognitifnya adalah belum cukup. Diperlukan kepaduan analisis, baik kognitif maupun metakognitif yang berkait dengan unjuk kerja seseorang. Alasannya, keberhasilan unjuk kerja kognitif sangat ditentukan juga oleh pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya itu. Pertanyaan yang dapat dimunculkan: Apa yang dimaksud dengan metakognitif itu? Bagaimana metakognitif dapat dikembangkan di kelas?

download file artikel