Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Garofalo dan Lester (JRME), dua ahli pendidikan matematika yang sangat terkenal dari Amerika Serikat telah menunjukkan pentingnya metakognisi dengan menyatakan: “There is also growing support for the view that purely cognitive analyses of mathematical performance are inadequate because they overlook metacognitive actions.” Artinya, terdapat dukungan pada pendapat bahwa hanya menggunakan analisis kognitif pada kemampuan matematis adalah tidak atau kurang memadai karena mereka kurang memperhatikan prosedur yang berkait dengan metakonitif. Itulah sebabnya, salah satu kelebihan Kurikulum 2013 adalah pencantuman istilah metakognisi dalam dukumennya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012:43)
Hal ini menunjukkan bahwa unjuk kerja (performance) seorang siswa dengan hanya melihat pada aspek kognitifnya saja, dan dengan mengacuhkan aspek metakognitifnya adalah belum cukup. Diperlukan kepaduan analisis, baik kognitif maupun metakognitif yang berkait dengan unjuk kerja seseorang. Alasannya, keberhasilan unjuk kerja kognitif sangat ditentukan juga oleh pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya itu. Pertanyaan yang dapat dimunculkan: Apa yang dimaksud dengan metakognitif itu? Bagaimana metakognitif dapat dikembangkan di kelas?
Recent Comments