Pentingnya Analisis Buku Siswa Dalam Implementasi Kurikulum 2013
Oleh : Adi Wijaya
Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya salah satunya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Oleh karenanya peran guru sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan demikian, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal.
Atube Catcher: Tool Video Multi Fungsi
Oleh : Muh Tamimuddin H
Video merupakan salah satu jenis multimedia yang cukup populer. Jika kita menjelajah di Internet maka kita dapat memperoleh banyak video yang menarik dengan berbagai topik yang ada. Tengok saja situs youtube.com maka dengan mudah akan kita temukan jutaan video yang diorganisasi sesuai kategori. Video-video yang ada bukan hanya untuk keperluan hiburan tapi banyak juga tersedia konten video yang ditujukan untuk pembelajaran.
Untuk mengakses maupun bekerja dengan video ini tersedia banyak alat bantu software/tool yang dapat dimanfaatkan. Dalam tulisan ini akan dibahas salah satu software yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini, yaitu Atube Catcher. Dimana mendapatkan Atube Catcher, apa saja kegunaannya dan bagaimana penggunaannya?
Atube Catcher merupakan software yang sifatnya gratis, kita dapat mengunduh dan menginstalnya di komputer atau laptop tanpa harus membeli. Software ini dapat diunduh dari alamat http://atube-catcher.dsnetwb.com/. Ukuran file dari Atube Catcher relatif kecil yaitu sekitar 11.3 MB. Dalam proses instalasinya terkadang kita akan menginstal juga software lain, ini nampaknya adalah bagian iklan dari Atube Catcher. Jika kita sudah menyelesaikan instalasi, software tambahan ini dapat kita uninstal.
Investigasi atau Penyelidikan Dalam Pembelajaran Matematika
Oleh : Fadjar Shadiq
Pada paparan Mendikbud (Kendikbud, 2012:16) tentang Kurikulum 2013 dikemukakan tentang pergeseran paradigma belajar abad 21. Dikemukakan pada paparan tersebut bahwa model pembelajaran yang ideal untuk abad 21 adalah: (1) Pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber dan bukan hanya diberi tahu. (2) Pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan masalah [menanya], bukan hanya untuk menyelesaikan masalah atau menjawab. (3) Pembelajaran yang diarahkan untuk melatih berfikir analitis [pengambilan keputusan] bukan berfikir mekanistis atau rutin. (4) Pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Bertanya merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas (Kemdiknas, 2010:34). Ketujuh komponen itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Berikut ini akan dibahas satu contoh penerapan teknik bertanya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diacu para guru dan pengawas jenjang TK/SD atau RA/BA/MI. Berikut ini adalah contoh penggunaan teknik bertanya.
Beberapa waktu yang lalu,penulis menyampaikan materi pada Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah yang sebagian besar pesertanya adalah para pengawas jenjang TK/SD dari Provinsi Jawa Tengah; salah seorang peserta meminta penulis untuk menjelaskan sedikit lebih rinci tentang teknik bertanya. Permintaan tersebut didukung teman-teman lainnya. Menurutnya, akan sangat berguna jika mereka mengetahui lebih banyak tentang teknik bertanya tersebut.
Kejadian ini menunjukkan bahwa teknik bertanya berdasarkan pengalaman pengawas TK/SD tadi sangat penting untuk dibahas. Buktinya, pengawas saja membutuhkan, apalagi para gurunya. Karena jatah waktu untuk diklat dimaksud sangat sedikit, sehingga permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi. Sebagai gantinya, naskah ini disusun dengan maksud utama untuk membantu para guru dan pengawas agar lebih memahami teknik bertanya itu dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat diimplementasikan di kelasnya masing-masing selama proses pembelajaran dan bagi para pengawas agar dapat lebih membantu para guru mengimplementasikan teknik bertanya ketika memantau atau melakukan kegiatan supervisi di sekolah binaannya masing-masing.
Belajar dari Proses Penjumlahan Dua Bilangan Bulat untuk Membantu Siswa Belajar
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif seperti 15 atau +15; dan dapat pula berupa bilangan bulat negatif seperti –15. Buku-buku dari luar negeri, terutama buku-buku untuk SD maupun SLTP banyak yang menggunakan notasi +15 ataupun –15. Perhatikan notasi “+” dan “–“ pada lambang bilangan bulat tersebut yang terletak sedikit di atas lambang bilangannya. Hal ini mereka lakukan untuk membedakan dengan tajam antara notasi untuk menunjukkan bilangan negatif atau positif dengan notasi untuk operasi yaitu minus (kurang) dan plus (tambah). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh penjumlahan maupun contoh-contoh pengurangan berikut.
METAKOGNISI: Apa dan Mengapa Penting?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Garofalo dan Lester (JRME), dua ahli pendidikan matematika yang sangat terkenal dari Amerika Serikat telah menunjukkan pentingnya metakognisi dengan menyatakan: “There is also growing support for the view that purely cognitive analyses of mathematical performance are inadequate because they overlook metacognitive actions.” Artinya, terdapat dukungan pada pendapat bahwa hanya menggunakan analisis kognitif pada kemampuan matematis adalah tidak atau kurang memadai karena mereka kurang memperhatikan prosedur yang berkait dengan metakonitif. Itulah sebabnya, salah satu kelebihan Kurikulum 2013 adalah pencantuman istilah metakognisi dalam dukumennya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012:43)
Hal ini menunjukkan bahwa unjuk kerja (performance) seorang siswa dengan hanya melihat pada aspek kognitifnya saja, dan dengan mengacuhkan aspek metakognitifnya adalah belum cukup. Diperlukan kepaduan analisis, baik kognitif maupun metakognitif yang berkait dengan unjuk kerja seseorang. Alasannya, keberhasilan unjuk kerja kognitif sangat ditentukan juga oleh pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya itu. Pertanyaan yang dapat dimunculkan: Apa yang dimaksud dengan metakognitif itu? Bagaimana metakognitif dapat dikembangkan di kelas?
Membuat Kubus dari Kertas Yuk? Sambil Mempraktekkan Teori Bruner
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc.
Alat peraga sangat penting untuk membantu siswa memahami ide-ide matematika yang bersifat abstrak. Terutama untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Menurut Bruner, proses pembelajaran sebaiknya menggunakan tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik; sehingga melalui tiga tahap tersebut proses pembelajarannya menjadi optimal.
Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?
Oleh : Fadjar Shadiq
Dikenal dua macam penalaran, yaitu penalaran induktif (induksi) dan penalaran deduktif (deduksi). Analogi merupakan bagian dari penalaran induktif. Bagian penalaran induktif lainnya adalah ‘generalisasi’. Penalaran biasanya didefinisikan sebagai kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar. Pernyataan yang diketahui benar ataupun dianggap benar itu biasanya disebut premis. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa analogi merupakan bagian dari proses penarikan kesimpulan. Secara khusus, tulisan ini akan membahas tentang contoh-contoh analogi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran matematika, definisinya, dan kegunaan serta keunggulannya.
EPUB: Format Buku Digital Masa Depan
Oleh : Muh Tamimuddin H
Berbicara tentang perkembangan ilmu pengetahuan tentu tak lepas dari peranan buku. Meski teknologi sudah berkembang pesat, buku tetap saja mengambil peranan penting. Hadirnya perangkat teknologi seperti komputer atau gadget tidak lantas menggusur buku. Meski secara fisik buku dan penerbitan tercetak mengalami dampak yang besar dengan adanya teknologi digital, buku tetap saja menunjukkan eksistensinya. Meski tidak hadir secara fisik kini buku mulai beralih ke dalam bentuk digital atau dikenal sebagai ebook (electronic book). Alternatif buku digital ini cukup menarik mengingat keberadaanya secara digital memungkinkan untuk membuat dan menyebarkan buku dengan murah dan cepat.
Saat ini kita mengenal banyak buku yang tidak hanya hadir dalam bentuk cetak tapi juga dalam bentuk digital, yang dapat dicetak maupun dibaca menggunakan perangkat digital. Kita mengenal beberapa format buku digital yang sudah cukup luas digunakan, misalnya PDF, PS, DJVU, dll. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai format EPUB dan kelebihannya dibanding format lain.
Pembelajaran Matematika Realistik dan Strategi Implementasinya Di Kelas
Oleh: Sumaryanta
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Hal ini merupakan tantangan besar pembelajaran matematika yang selama ini disinyalir telah terjebak dalam pembelajaran yang yang lebih menekankan pada pewarisan ilmu dari pada pemerolehan aktif oleh peserta didik. Saat ini terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk menjadikan pembelajaran matematika lebih mencerahkan, salah satunya adalah Pembelajaran Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Pembelajaran Matematika Realistik dikembangkan di Belanda tahun 1970-an oleh Institut Freudenthal dan saat ini telah berkembang luas diberbagai negara, termasuk Indonesia.
Recent Comments