Mengapa Tidak Menggunakan Pembelajaran Realistik Pada Pembelajaran Penjumlahan Dua Bilangan Bulat?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Arah perubahan strategi pembelajaran di kelas di antaranya ditandai dari fokus mengingat ke arah berpikir; dari model ceramah ke pendekatan lainnya seperti penemuan, eksplorasi, investigasi, dan pemecahan masalah; dari deduktif murni ke arah gabungan induktif dan deduktif. Secara umum dapat dinyatakan bahwa model-model pembelajaran terbaru tersebut akan mendukung model pembelajaran yang ideal untuk abad 21 dan akan mendukungpencapaian 5 tujuan belajar matematika sebagaimana dituntut Lampiran Standar Isi pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006). Tugas paling utama para guru matematika adalah membimbing para siswa tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya serta bagaimana belajar memecahkan masalah sehingga hal-hal tersebut dapat digunakan dan diterapkan di masa depan mereka, yaitu ketika mereka melanjutkan pendidikannya maupun ketika mereka bekerja di tempatnya masing-masing.
Pada masa lalu, dan mungkin juga pada masa kini, sebagian guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas definisi, lalu membuktikan atau hanya mengumumkan kepada para siswa rumus ataupun prinsip yang berkait dengan topik tersebut, lalu membahas contoh-contoh soal, dan selanjutnya diakhiri dengan meminta para siswanya untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran menjadi proses mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh yang diberikan para guru.
Pertanyaan Terbuka: Contoh dan Pengertiannya serta Mengapa Penting Bagi Siswa?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Penyempurnaan, pengembangan, dan inovasi pembelajaran matematika melalui revisi kurikulum akan selalu dilaksanakan Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di antara hasil terbaru yang harus dijadikan acuan para guru matematika adalah: ‘Pengembangan Kurikulum 2013’(Kemdikbud, 2012). Sebagai pendidik matematika sudah seharusnya kita merasa gagal melihat bangsa lain di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan berpikiran maju, kritis, dan kreatif?Untuk hal-hal tertentu, harus diakui bahwa mereka telah mengalahkan AS dan negara-negara Eropa lainnya. Jepang sudah sejak lama berjaya di bidang otomotif.Contoh lain, Korea Selatan telah memenangkan persaingan bahkan dengan Jepang sekalipun dalam hal BlackBerry. Cina, Thailand dan Vietnam juga sudah mulai mengeliat menjadi negara yang kompetitif.
Pertanyaaan yang dapat diajukan adalah: “Bagaimana pikiran mereka bisa maju seperti itu?” Salah satunya adalah pembelajaran yang mereka lakukan sudah mengacu pada kemampuan berpikir matematis, seperti ditunjukkan Isoda & Katagiri (2012:25) yang menyatakan bahwaShigeo Katagiri sudah sejak 1960 telah mengembangkan teori tentang berpikir matematis (mathematical thinking) dan sejak saat itu teori tersebut telah digunakan dan dimanfaatkan kelompok-kelompok lesson study. Pada 1980 teori tersebut mendekati rampung. Teori yang dimunculkan Katagiri tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dari bahasa Jepang. Pada 2012 Isoda & Katagiri menerbitkannya dalam bahasa Inggris dengan judul: ‘Mathematical Thinking.
Benarkah Guru Matematika Sebaiknya Mengajar Secara Induktif dan Bukan Secara Deduktif?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa teori IPA banyak disimpulkan menggunakan penalaran induktif (induksi). Sebagai contoh, dari beberapa kasus khusus seperti besi, aluminium, seng dan tembaga yang jika dipanasi akan selalu memuai maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum (general) yang dikenal dengan suatu teorema, yaitu semua logam jika dipanasi akan memuai. Di samping itu, berbeda dengan IPA, matematika sudah dikenal sejak zaman Euclides bersifat deduktif aksiomatis. Bangunan matematika disusun oleh suatu dasar atau pondasi yang kokoh berupa kumpulan sifat pangkal (aksioma). Jadi, aksioma adalah semacam dalil atau teorema yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan namun akan dijadikan dasar untuk membuktikan dalil atau teorema matematika selanjutnya secara deduktif. Hal seperti ini tidak dikenal di IPA.
Berkait dengan induksi dan deduksi ini, pada suatu pertemuan, penulis pernah menyatakan tentang adanya suatu kecenderungan baru (the newest trend) bahwa proses pembelajaran matematika di kelas sudah dan akan lebih mengarah ke induktif dari hanya murni deduktif. Beberapa teman sepertinya ada yang tidak menyetujui peryataan tersebut meskipun tidak dilontarkan secara jelas, namun hanya berupa gumanan saja. Mungkin saja penulis dianggap salah ngomong. Karenanya artikel ini disusun dengan maksud untuk menjelaskan secara umum bahwa pernyataan penulis tadi tidak salah. Meskipun demikian, penulis akan tetap menghargai setiap pendapat yang berbeda dengannya. Harapannya, pendapat yang berbeda tersebut dapat dipublikasikan juga di Limas sehingga akan terjadi saling pengertian dan saling melengkapi di antara kedua pendapat tersebut. Itupun jika memang benar ada perbedaan. Namun, mudah-mudahan saja tidak ada perbedaan di antara kita. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih terinci beberapa alasan yang mendasari pernyataan tersebut, dimulai dari alasan tentang pengertian matematika, diikuti pendapat Polya dan Lakatos yang sama-sama akan menunjukkan pentingnya para siswa belajar secara induktif dan tidak hanya belajar secara deduktif.
Bagaimana Cara Guru Memudahkan Siswanya Mengingat Pelajaran?
Oleh : Fadjar Shadiq, M.App.Sc
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa para siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA memiliki pikiran, keinginan, harapan, kepribadian, dan sifat yang berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Perbedaan yang paling nyata di bidang intelektual, dapat ditengarai dengan adanya siswa yang sangat cepat, biasa-biasa saja, dan bahkan ada juga yang sangat lambat menangkap materi yang disampaikan gurunya. Tidak hanya itu, ada siswa yang sangat mudah mengingat sesuatu, namun tidak sedikit juga dari para siswa yang mengalami kesulitan jika menghafal sesuatu; seperti menghafal atau mengingat rumus, pengertian, teorema, ataupun dalil. Pada hakekatnya pembelajaran matematika menekankan pada kemampuan berpikir logis, kreatif dan sistematis, bukan pada hafalan. Bayangkan jika ada siswa yang lupa suatu rumus matematika maupun sainsyang sangat penting, tentunya siswa tersebut akan mengalami kesulitan ketika diminta menyelesaikan soal yang membutuhkan rumus tersebut. Melalui tulisan ini, akan dibahas beberapa cara guru memudahkan siswa mengingat pelajaran, tanpa mengabaikan aspek penanaman kemampuan berpikir logis, kreatif dan sistematis pada siswa.
Aplikasi OneNote untuk Mengumpulkan dan Mengorganisir Berbagai Catatan, Inspirasi, Materi Referensi serta Informasi lainnya
Oleh : Joko Purnomo, M.T
Catatan sangat diperlukan hampir dalam setiap kegiatan kita. Catatan yang baik akan memudahkan kita untuk menindaklanjuti suatu kegiatan, dapat memberikan dukungan dalam memberikan tanggapan terhadap suatu persitiwa, kejadian, kebijakan dan sebagainya. Catatan juga kita perlukan ketika kita mendapatkan suatu inspirasi sehingga kita perlu mencatatnya agar inspirasi tersebut tidak hilang.
Salah satu kelemahan dalam kita mengikuti suatu kegiatan, rapat, seminar dan yang lainnya adalah dalam hal membuat catatan dari apa yang sedang kita ikuti tersebut. Bahkan dalam mencari suatu referensi untuk tugas yang sedang kita lakukan kita membutuhkan catatan, namun jarang kita melakukannya. Kalaupun kita melakukan, catatan yang kita buat terkadang tidak memadai, suatu saat ketika kita membutuhkan lagi kadang kita masih merasa kurang dengan catatan tersebut.
Ada satu aplikasi yang di khususnya untuk membuat catatan, sehingga kita dengan mudah dapat membuat catatan yang kita inginkan dengan berbagai fasilitas yang memudahkan. Aplikasi tersebut adalah OneNote. Aplikasi ini mempunyai fasilitas untuk menuliskan teks, mempunyai berbagai macam tag, seperti Important, Contact, Higlight, To Do, Questions dan lain-lain.Bahkan sampai menyisipkan audio, video dan juga fasilitas untuk merekamnya.
Recent Comments