Home » 2008 » November

Monthly Archives: November 2008

Memahami dan Menangani Bilangan

http://www.idp-europe.org/indonesia/buku-inklusi/pdf/

Snorre A. Ostad

ImagePendahuluan
Saya akan memulai bagian I ini dengan pembahasan tentang dua dimensi pengetahuan
matematik siswa. Pertama, dimensi kuantitas yang telah dikenal baik, yang merefleksikan
bahwa siswa, sejauh tertentu, mungkin telah memiliki pengetahuan yang cukup
komprehensif dalam ranah matematika. Namun, dimensi kedua, yang kurang banyak
diketahui, adalah dimensi kualitas, yang merujuk pada fungsionalitas pengetahuan
matematika.

Akan diperdebatkan bahwa perkembangan matematik yang positif tidak tergantung
terutama pada seberapa banyak pengetahuan yang telah didapat siswa dalam matematika,
melainkan pada kualitas pengetahuannya itu.

Download File

Tahap Kreatifitas: bermain-main dengan Aljabar

“Being creative is seeing the same things as everybody else but thinking of something different”

ImageKreatifitas didefinisikan sebagai proses mental yang melibatkan penciptaan suatu konsep dan ide-ide yang baru, atau melihat hubungan yang baru antara berbagai konsep dan ide-ide yang telah ada.. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, hasil dari pikiran yang kreatif dapat diukur dari Keasliannya (originality) dan Kelayakannya (appropriateness).

Robert Epstein, Ph.D, seorang psikolog mengatakan bahwa sebetulnya setiap manusia memiliki kemampuan kreatifitas. Dengan demikian tidak ada alasan kita mengatakan “Saya bukan orang yang kreatif”, yang ada hanyalah belum mengasah potensi kreatifitas yang dimilikinya. Semakin sering kita mengikuti pelatihan yang mengasah kreatifitas, semakin baik potensi kreatifitas yang dimiliki. Kreatifitas bisa terjadi karena kita mencoba sesuatu dengan sengaja. Dari sengaja kita mampu untuk mengerjakannya dan akhirnya terbiasa. Jadi kreatifitas dapat muncul karena kita terbiasa untuk berkreasi. Baca Selengkapnya

Lima Mitos Sesat Seputar Matematika

Sumber: sigmetris.com

BANYAK mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari matematika. Meski banyak, namun ada lima mitos sesat yang sudah mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika.

Baca Selengkapnya

Mencongak dengan Metris

Sumber: Majalah Tempo, Senin 4-10 Desember 2006

DUA jagoan matematika itu berdiri berjejer di depan papan tulis. Lawan mereka terpampang di depan mata masing-masing: dua buah soal perkalian kuadrat. Mereka harus adu cepat menyelesaikannya dengan metode perhitungan berbeda.

Dalam dua menit, pemenangnya tampak. Gung Kinaptyan, juara kelas VI Sekolah Dasar Regina Pacis, Bogor, tersenyum sambil mengibaskan sisa kapur di tangannya. Teman sekelasnya, Samuel Wirajaya, pemenang kompetisi matematika terbuka tingkat SD se-Jabodetabek, masih berkutat menyelesaikan soal.

Baca Selengkapnya

Menyertakan Lingkungan Dan Memanfaatkan Multimedia Agar Minat Dan Prestasi Belajar Matematika Meningkat

(Sebuah Optimisme Seorang Guru Sebagai Anak Bangsa)
Oleh: Agus Budi Hartono*)

Permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran matematika SMP adalah kebanyakan guru tidak mengawali pembelajaran dengan mengambil benda di sekitar sebagai media pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran di kelas kurang bermakna. Hal ini menipiskan minat belajar peserta didik. Dampak dari miskinnya kebermaknaan dan minat belajar terungkap dengan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Lihat hasil Ujian Nasional Matematika, beberapa peserta didik nilainya di bawah standar bahkan mencapai angka 3,00.

Guru dituntut oleh peserta didik agar dapat menyampaikan materi pembelajaran secara jelas, bermakna dan bila perlu memanfaatkan media yang menjembatani proses pemerolehan materi pelajaran menjadi mudah dan mengalir sesuai dengan perkembangan mental mereka.

Baca Selengkapnya

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda !

Sumber:www.pmri.or.id

Pembelajaran Matematika, sebelum menggunakan pendekatan PMRI, diberikan dengan menjelaskan langkah-langkah dalam menghitung. Guru menyajikan materi dengan memberikan contoh-contoh bagaimana mengerjakan suatu soal secara jelas dan rinci. Kemudian, siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan yang sudah tersaji dengan jelas dan jawabannya pun sudah pasti.

Sementara itu, pada pembelajaran dengan pendekatan PMRI ada 5 tahapan yang perlu dilalui oleh siswa, yaitu: Penyelesaian masalah, Penalaran, Komunikasi, Kepercayaan diri, dan Representasi.
Baca Selengkapnya